Cerita rakyat si bujang miskin
Si bujang hidup bersama amaknya, ayahnya sudah lama meninggal dan mereka hidup dalam kemiskinan, karena itu ia dipanggil oleh orang kampungnya dengan ”sibujang miskin” dan iapun tidak merasa kecil hatinya dipanggil dengan sibujang miskin itu.
Pada suatu hari sibujang berkata pada amaknya bahwa ia akan pergi mengail. Maknya melarang, karna dengan apa nantinya ikan akan dimakan, karna kita tidak punya beras. Amaknya menganjurkan bujang untuk pergi berburu rusa atau kijang dapat mengenyangkan perut.
Mak.....bagaima kalau aku pergi marantau..? apa...? pergi merantau,..? hendak engkau tinggalkan amak seorang diri...?jawab maknya. Mak ini sudah tua dan sering sakit – sakitan. Mak aku pergi tidak lama, kata bujang pada amknya. Jangan pula mak sedih dan bimbang, aku sayang mak. Karena itu aku ingin merubah nasib kita. Mudah – mudahan allah mengabulkan do’a kita.
Akhirnya sibujang dibolehkan pergi merantau oleh amaknya, sebelum pergi sibujang minta dibuatkan perbekalan dan sebuah keris peninggalan ayahnya yang bermatakan sembilu nibung.
Pergilah nak..mak do’akan semoga engkau selamat dan jagalah dirimu baik – baik. Kuatkan imanmu jujur dan setialah kamu. Iyalah mak.. apa yang mak pesankan akan ingat dan amalkan baik – baik, sahut sibujang miskin.
Berjalanlah sibujang miskin meninggalkan maknya, dia terus berjalan masuk hutan keluar hutan, lama berjalan belum juga lagi terdapat tanda – tanda akan bertemu kampung, bekal ketupan dan minuman sudah mulai habis sehingga ia merasa letih dan kehausan. Sehingga ia tertidur dibawah pepohonan.
Setelah terbangun, terasa perut lapar dan haus, untuk menghilangkan rasa lapar, maka ia mencari apa saja yang bisa dimakan, ketika itulah ia mendengar kokok ayam kemudian ia memanjat pohon dan dari atas pohon itu ia melihat bubung sebuah rumah. Setelah turun dari pohon sibujang langsung menuju rumah tersebut. Saat sampai didepan rumah kemudian ia mengucapkan salam. Tak lama kemudian keluarlah seorang nenek sambil menjawab salam sibujang miskin. Dari mana engkau datang nak..? dan hendak kemana nak..? tanya nenek yang punya rumah.
Ketika mereka sedang berbincang – bincang terdengarlah orang – orang berkuda dan ribut. Nek..nek..apa itu nek..? tanya sibujang kepada nenek. Ia Jang, kampung ini mendapat kemalangan anak raja dilarikan ular besar, sampai sekarang belum ada orang yang sanggup mengambilnya. Barang siapa yang dapat membunuh ular itu dan dapat mengambil putri raja maka akan dikawinkan dengannya, tapi jika ular itu tidak mati maka orang itu yang akan dipancung oleh raja.
Keesokan harinya datanglah nenek itu kerumah sang raja dan mengatakan kepada raja dan waktu itu juga raja langsung mengutus bujang seamat untuk menjemput sibujang miskin untuk dibawah keistana. Setelah sampai diistana sibujang miskin menghadap sang raja dan raja berkata “oo..oo kamu sibujang miskin yang akan membunuh ular itu” ampun hamba tuanku jawab sibujang miskin. Hamba akan mencobanya. Hai si miskin kata raja jika kamu gagal membunuh ular itu maka kamu yang akan saya bunuh..Mengerti....? Yaa ..tuanku. hamba mengerti, ujar sibujang apapun hukuman yang tuanku berikan akan saya terima.
Dengan tidak membuang waktu lagi berangkatlah sibujang miskin dan bujang selamat ketempat ular dimana putri raja dutahan.
Dengan mengucapkan bismillah sibujang miskin berdo’a dan mohon kepada Allah agar ular itu tertidur. Rupanya do’a sibujang miskin makbul dan ular tersebut tertidur. Dengan sigap dan cepat bujang mencabut keris yang bermatakan sembilu nibung dan langsung menikan kepala ular, ular itu langsung tidak bergerak lagi. Rupanya pada waktu sibujang miskin membunuh ular ada raja hijau yang sembunyi dan mau membunuh ular itu juga, tapi ia tidak berani karna ia juga ingin menikahi putri raja tersebut.
Sewaktu sibujang miskin membawa putri kebawah ia terpegang pada dahan yang lapuk sehingga ia terjadi dan putri terjatuh dan langsung disambut oleh raja hijau.
Putri langsung dilarikan keistana oleh raja hijau jika sampai diistana nanti, ia akan mengatakan bahwa ialah yang membunuh ular itu dan menyelamatkan putri raja. Hal itu telah dikatakan kepada bujang selamat. Tapi sebelum sampai keistana kakinya tersandung dan putri tepelanting jauh dari raja hijau. Putri jatuh didekat raja katam sehingga raja katam menawannya, ketika raja hijau hendak mengambil putri ia dikejar katam besar yang hendak menjepitnya.
Tiba – tiba datang sibujang miskin. Ia langsung mencabut kerisnya dan langsung menikannya kekatan tersebut, dan katampun langsung mati. Kemudian sibujang miskin menghampiri putri raja dan menyerahkan sarung keris padanya. Ketika mereka sedang berbicara, datanglah raja hijau yang langsung merampas dan membawa putri keistana.
Saat raja hijau mengatakan bahwa dialah yang menyelamatkan putri raja , maka ini ingin dinikahkan dengan putri raja , rajapun memanggil putri sambil mengatakan bahwa ia akan dinikahkan dengan raja hijau kemudian memancung leher sibujang miskin.
Ayah,..kata putri, sebelum ayah menikahkan saya dengan raja hijau, saya akan memanggil orang – orang kerajaan yang mempunyai keris, keris siapa yang cocok dengan sarung ini dialah sebenarnya yang telah membunuh ular itu dan dialah yang akan menjadi suami saya nanti.
Satu – persatu orang mencoba memasukkan kerisnya pada sarung yang dipegang oleh putri raja namun tidak ada yang cocok. Kemudian tibalah giliran raja hijau, namun tidak juga cocok. Raja hijau sangat terkejut dan sangat ketakutan. Setalah itu majulah sibujang miskin kedepan dan memasukkan kerisnya, ternyata kerisnya cocok dengan sarungnya, akhirnya sibujang miskin terhindar dari hukuman pancung dan dia akan menikah dengan putri raja.
Pada waktu yang telah ditentukan, dilangsungkanlan pernikahan sibujang miskin dengan putri raja dengan pesta yang sangat meria. Raja hijau sangat sakit hati kepada sibujang miskin. Setelah acara pernikahan selesai sibujang miskin dipanggil oleh sang raja dan rajapun menanyai sibujang miskin. Kamu ini anak siapa dan berasal dari mana..? kata raja. Sibujangpun menjawab “saya anak pulau sepakok dan merantau kegeri ini dan menumpang dirumah nenek kebun bunga”...
Pada suatu saat sibujang sibujang ingat dengan amaknya yang tinggal dikampung kemudian ia mengajak istrinya melihat keadaan ibunya dikampung.
Setelah bersiap – siap berangkatlah sibujang bersama istrinya menuju pulau sepakok kampung halamannya, kemudian raja berpesan agar tidak singgah dipulau kecil sebelum pulau sepakok, karna dipulau itu banyak hantu kalakiwi.
Belum lama berlayar ia ditunggu oleh perampok, setelah dekat perampok itu naik kekapal si Bujang, setelah menghadapi sibujang rupanya perampok itu adalah si raja hijau yan sakit hati padanya. Dengan gagah perkasa sibujang menghadapi raja hijau dan anak buahnya deng keris bermata sembilu nibung peninggalan ayahnya dia dapat membunuh raja hijau serta anak buahnya
Karna bertempur sangat lama sibujang akhirnya kehabisan air minur, sehingga harus singgah dipulau kecil didekat pulau sepakok untuk mengambil air. Sewaktu sibujang turun untuk mengambil air datanglah hantu kalakiwi kekapal sibujang, dan membuang istrinya kelaut kemudian dimakan oleh ikan hiu, kemudian hantu kalawiki itu berubah bentuk menjadi putri raja ataupun istri dari sibujang miskin.
Setelah kembalinya dari mengambil air sibujang kembali kekapal dan meneruskan perjalanannya menuju kampung halamannya. Dia tidak tahu bahwa istrinya itu adalah hantu kalakiwi. Akhirnya ia sampai kerumah. Ketika maknya melihat kepulangan sibujang dia merasa sangat gembira sekali, maka maknya memotong ayam dan istrinya disuruh untuk memasak ayam tersebut. Karna dia adalah hantu, maka daging ayam itu langsung dimakan, alangkah terkejutnya sibujang melihat gulai yang dimasak oleh istrinya hanya tinggal bulu ayam.
Sejak kejadian itu, tahulah sibujang bahwa yang ada dirumahnya itu bukan istrinya, tetapi hantu kalakiwi, akhirnya orang sekampung mengetahui peristiwa itu.
Pada suatu hari , terdamparlah seekor hiu ditepi pantai dan rupanya ikan hiu membawa putri istri sibujang. Atas pertolongan nenek tompok putri dapat dikeluarkan dari perut ikan tersebut. Setelah putri kembali kepada sibujang, orang – orang kampung beramai – ramai membunuh hantu kalakiwi kemudian dicincang – cincang dan dibuatkan pekasam kemudian dikirim kepulau dimana kedua orang tua hantu itu tinggal. Pada waktu hantu kalakiwi membuka sambal itu mereka terkejut karna ditemui kaki dan tangan anaknya. Atas perbuatan orang – orang kampung itu, mereka anak – beranak berangkat kekampung sibujang. Sedang mereka berlayar bersama burung murai, Tupai, dan Burung Pelatuk.
Hendak kemana kita ini...? tanya mereka kepada hantu kalakiwi. Hendak membunuh orang kampung, jawab bapak hantu kalakiwi karna mereka telah membunuh anakku.
Mendengar itu, kawanan hewan itu sepakat, tupai dan Pelatuk mematuk kapal, murai berkicau agar keluarga hantu itu terlena dan tertidur. Akhirnya kapal itu bocor dan karam. Setelah kapal karam, burung terbai dan tupai berenang, sedangkan mereka tidak jadi membunuh orang sekampung, sedangkan sibujang dengan istrinya kembali bersatu.