Hantu penunggu bambu
Ini cerita dari seorang teman waktu masih kuliah dulu. Kalau nggak salah tahun 1996 an, terjadinya saat dia mengikuti salah satu program mata kuliah yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa, yaitu KKN. Saat itu dia mendapat jatah di salah satu desa yang dikatakan terpencil jauh dari keramaian tapi sudah dijangkau listrik di Kabupaten Paliyan, Gunung Kidul atau Wonosari.
Nama temanku adalah Bowo (samaran) bersama dengan 8 orang yang lain, dari kampus di tempatkan di Desa "Mangga " (samaran) untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyat dalam tugas mengabdikan diri kepada masyarakat di desa tersebut. Kurang lebih 3 bulan mereka tinggal di desa tersebut, dan kebetulan rumah yang ditempati adalah di rumah Kepala Dukuh setempat.
Kebetulan si Bowo mendapat kepercayaan dari kelompoknya sebagai Kepala Kelompok tersebut. Dan memang dari sifatnya dia orangnya kalem, sabar, dan bisa momong teman-teman yang lain. Sebagai seorang Ketua, tentunya Bowo harus selalu berkoordinasi dengan Kepala Dukuh atau pengurus desa yang lain, kalau ada kegiatan dari kelompoknya yang melibatkan warga.Juga dia harus selalu berkoordinasi dengan Ketua Kelompok yang lain yang tempatnya juga lumayan agak jauh atau berkoordinasi dengan Tim KKN yang berlokasi di Kecamatan, sehingga sering kadang harus keluar dan pulang menjelang senja…. Yah resiko jadi ketua kelompok, harus keluyuran terus…ha..ha.. :D
Nah karena sering keluar untuk rapat koordinasi, terkadang banyak tugas yang harus dikerjakan selama di rumah. Teman-teman yang lain mengetahui sekali kesibukan si Bowo, juga sering bantu-bantu menyelesaikan tugasnya. Kadang sampai tengah malam baru selesai. Nah berkaitan dengan kesibukannya sebagai ketua, terkadang perutnya juga sering ikutan protes, jatah makan malam yang ia dapatkan tidak mampu memenuhi rasa laparnya, karena harus sering begadang menyelesaikan tugas-tugasnya. Jadi si Bowo pun selalu menyiapkan mie instan untuk menganjal perutnya seandainya tiba-tiba cacing di perut bergejolak.
Saat itu waktu menunjukkan jam 21.30 WIB, entah kenapa hawa malam itu begitu dingin. Teman-teman yang lain sudah pada "tewas " alias tidur, Bowo bisa memaklumi karena hari itu ada kegiatan kerja bakti di desa itu, dan teman-temannya semua ikut terlibat dan capek, sedangkan Bowo sendiri ada keperluan ke luar desa waktu itu. Hawa yang dingin membuat perutnya keroncongan, dan seperti biasa lalu dia mencari mie instan yang biasa ia simpan di lemari dapur. Tapi sial ternyata, dia tidak menemukan satu mie instan pun, Bowo lupa kalau kemarin ada teman yang minta ijin untuk mengambil mie instannya.
Sebenarnya dia malas untuk keluar rumah, tapi karena perutnya begitu keroncongan, sedangkan tugas yang harus dia kerjakan masih menumpuk. Kalau dengan kondisi perut seperti ini jelas membuat Bowo tidak akan focus mengerjakan tugasnya. Akhirnya diputuskanlah untuk keluar mencari makan di luar. Jujur baru kali ini dia keluar dari rumah sendirian jam seperti itu, biasanya berdua dengan teman, tapi rasa lapar mengalahkan segalanya walaupun sebenarnya dia agak takut juga keluar sendirian. Setelah mengeluarkan motor, segeralah ia berangkat mencari lauk.
Sebagai gambaran jalan yang akan dia lewati sebelum ke jalan besar, kira-kira seperti ini, jarak antara jalan desa sampai di pinggir jalan besar dan beraspal sekitar 500 meter, tidak begitu jauh, tapi masalahnya jalan desa itu adalah jalan yang berbatu kapur yang masih dalam proses pengerasan jalan. Jadi ya tetap tidak mulus dan harus berhati-hati, kalau dipaksakan ngebut bisa-bisa jebol pelek roda sepeda motor :D .
Nah kira-kira setengah perjalanan jalan tersebut di sebelah kiri ada semacam sumur dan kamar mandi yang terbuka (tidak ada atap) yang sering digunakan penduduk setempat untuk keperluan sehari –hari. Di sekitar sumur itu ada tanaman rumpun bambu yang rimbun, dan tentunya kalau sudah malam gelap sekali, karena memang terletak agak jauh dari rumah penduduk dan tidak ada lampu penerangan, dan setelah sumur itu sampai menuju jalan utama hanya kebun para penduduk kanan kiri jalan desa itu.Kata penduduk setempat lokasi tersebut agak angker, karena pernah ada penampakan pocong, harimau putih, dan MG yang lain.
Oke, dengan berhati-hati Bowo mengendarai motornya melalui jalan berbatu tersebut dan melewati sumur tersebut dan syukurlah tidak ada apa-apa, sampailah dia di pinggir jalan yang beraspal, lalu sekitar 15 menit mencari, ternyata ada pejual bakmi jawa yang masih buka. Dengan hati yang senang, berhenti, dan memesan 1 nasi goreng, ternyata sedikit menunggu sekitar 3 pesanan, karena sebelumnya ada yang sudah antri terlebih dulu. Sambil menunggu, Bowo memesan teh hangat ditemani dengan rokok yang telah ia sulut. Sekitar 15 menit menunggu akhirnya pesanannya telah dibungkus. Lalu segera kembali ke rumah postnya.
Saat dalam perjalanan menuju jalan masuk ke jalan berbatu, dengan bantuan lampu motornya, Bowo melihat ada kakek-kakek sedang berjalan di depannya, searah dengannya. Dengan pelan-pelan dia mendekati kakek itu, usia kakek tersebut sekitar 60 tahun kira-kira. Sepertinya Bowo mengenal kakek itu, dan ternyata benar kakek itu adalah salah satu warga di desa tempat dia KKN. Katakanlah nama kakek itu adalah Kakek Widodo (nama samara), yang ia kenal sebagai salah satu sesepuh di desa itu.
"Wah kebetulan, ada teman ", dalam hati Bowo. Lalu disapanya kakek tersebut, sambil menyetop motornya
"Mbah, dari mana? Kok malam-malam begini baru pulang? " tanya Bowo.
"Oh, saya dari tempat saudara di desa "B ", mas. " Jawab kakek Widodo
Dalam gelapnya malam, Bowo melihat wajah kakek itu seperti pucat. Tapi dia tidak berpikir macam-macam, mungkin Kakek Widido hanya kecapekan, batinnya.
"Bareng saya saja, Mbah, khan mau pulang tho Mbah? " Bowo menawarkan jasanya
Singkat cerita, akhirnya Bowo dan Kakek Widodo pulang bersama-sama/berboncengan dengan motor. Dan motorpun memasuki jalan yang berbatu, pelan-pelan dan lebih hati-hati karena ada tambahan beban penumpang. Saat itu suasananya sangat sepi, gelap dan dingin.
Nah saat berada di depan sumur itu, tiba-tiba Kakek Widodo meminta berhenti di sumur. Alasannya beliau mau (maaf) buang air besar, dan menyuruh Bowo untuk meninggalkannya saja. Sebenarnya Bowo agak keberatan dan akan menunggu sebentar. Tapi si Kakek bersikeras untuk menyuruh Bowo langsung pulang saja, akhirnya dia pun mengikuti kemauan sang kakek.
Saat di Rumah, Bowo merasa bersalah kepada Kakek Widodo, karena meninggalkannya di sumur seorang diri. "Ah besok saja aku ke rumah beliau, untuk meminta maaf, mungkin tadi kelihatan wajahnya agak pucat karena menahan diri untuk ke belakang ", dalam hatinya. Setelah itu kembali dia asyik dalam pekerjaannya, setelah sebelumnya memakan nasi gorengnya.
Keesokan paginya, kira-kira jam 8 pagi, Bowo menuju ke rumah Kakek Widodo. Setelah mengetuk pintu, keluarlah salah satu anaknya kakek Widodo. Lalu Bowo menjelaskan maksud kedatangannya ingin bertemu dengan Kakek Widodo. Tetapi betapa kagetnya Bowo, karena mendapat keterangan Kakek sakit, antara percaya dan tidak, Bowo pun minta ijin masuk untuk menjenguk Kakek Widodo. Dan memang Bowo melihat Kakek Widodo sedang tidur dan terlihat agak lemas.
Setelah itu Bowo pun keluar dari kamar Kakek Widodo, setelah basa-basi kepada Pak Yafiz (nama samaran) menanyakan sejak kapan sakitnya? Apakah baru hari ini sakitnya? Dan jawaban dari Pak Yafiz, sungguh membuat kaget Bowo, karena Kakek Widodo sudah 3 hari ini menderita sakit.
"Ah yang benar, Pak?’ kata Bowo, hampir saja berteriak tapi dipelankan suaranya, karena takut membangunkan Kakek Widodo.
"Lho, memangnya kenapa tho, Mas Bowo?’ tanya Pak Yafiz sedikit kaget dan heran, karena Bowo seperti mau berteriak kaget.
Lalu Bowo menceritakan kejadian tadi malam, saat bertemu dengan Kakek Widodo dalam perjalanan pulang mencari makan, kemudian berboncengan pulang. Tapi saat di depan sumur tersebut,kakek minta turun di sana, dengan alasan mau ke belakang. Nah Bowo pikir, kakek barusan saja sakitnya, mungkin pikiran Bowo karena masuk angin tadi malam. Tapi setelah mendengar kalau kakek mulai sakitnya sudah 3 hari yang lalu, lha jadi siapa yang tadi malam bersamanya dalam perjalanan pulang???
"Wah, ternyata Mas Bowo ada yang nemanin tadi malam, untunglah jenengan nggak dibuat takut ya, mas? Dan nggak mungkin kalau bapak saya keluar malam-malam, wong badannya saja masih lemah begitu, " kata Pak Yafiz sambil tersenyum, karena bisa memaklumi kalau Bowo telah digoda oleh penunggu rumpun bambu dekat sumur di desa itu.
"iya..iya Pak Yafiz, haduh untung nggak ditampakin wujud yang aneh-aneh nih saya, " jawab Bowo sambil nyengir kuda.
Sumber