Senin, 27 April 2020

Konjungsi Teks Remaja dan Pendidikan Karakter

Kabid Dikdas
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa itu secara fisik remaja mengalami perkembangan pada semua aspek. Secara fisik tubuh remaja mengalami pertumbuhan. Gejolak inilah yang menyebabkan banyak persoalan yang mereka hadapi, seperti masalah psikologis. Untuk mengatasi hal itu, pendidikan karakter berperan penting dalam pengendalian diri remaja. Dengan pendidikan karakter para remaja diharapkan dapat menghadapi semua persoalan yang dihadapi.

Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan baik di sekolah, di rumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini. Anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021 tentunya membutuhkan karakter yang baik.

Teks berjudul “Remaja dan Pendidikan Karakter” terdiri atas beberapa bagian, yakni bagian tesis yang merupakan pendapat atau opini, bagian argumentasi atau alasan yang merupakan isi, dan bagian penegasan ulang yang merupakan bagian penutup.seperti di bawah ini
Struktur TeksParagraf
TesisRemaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa awal dewasa. Usia remaja berada pada kisaran usia 10 tahun sampai dengan 21 tahun. Pada masa itu remaja sedang mencari identitas dirinya. Oleh karena itu, remaja harus mendapat pendidikan karakter agar dapat mengarahkan minatnya pada kegiatan-kegiatan positif. Pendidikan karakter yang dapat diberikan pada remaja, antara lain, berperilaku jujur, kreatif, percaya diri, santun, dan peduli.
ArgumentasiPada masa gejolak itu merupakan masa sulit sehingga remaja memerlukan pengendalian diri yang kuat ketika berada di sekolah, di rumah, dan di lingkungan masyarakat. Dalam keadaan seperti ini, remaja membutuhkan orang dewasa untuk mengarahkan dirinya. Untuk itu, agar tidak terjerumus pada hal-hal negatif, remaja harus mempunyai pendidikan karakter.

Pendidikan karakter ini dapat membentuk mereka menjadi remaja berprestasi. Di dalam pendidikan karakter mereka diajari nilai religius yang menguraikan kebaikan agar remaja tumbuh sebagai manusia yang peka pada lingkungan sosial. Di samping itu, mereka diajari juga nilai toleransi dan nilai cinta damai atau nilai-nilai kemanusiaan yang membentuk remaja mempunyai sifat pengasih, berbudi pekerti, dan cinta damai. Dalam pendidikan karakter itu mereka diajari juga nilai suka bekerja keras, kreatif, mandiri, dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi yang dapat menjadikan remaja sebagai orang yang berprestasi.
PenegasanDengan demikian, nilai-nilai positif dalam pendidikan karakter itu dapat membentuk remaja yang unggul. Mereka akan bisa bersaing baik di tingkat nasional maupun tingkat internasional. Dengan begitu, remaja yang memiliki karakter kuat akan tumbuh sebagai remaja yang unggul dan dibanggakan karena sehat secara fisik, stabil dalam emosi, dan intelektualnya berkembang baik.
Konjungsi
Konjungsi digunakan untuk menggabungkan kata, kelompok kata, atau klausa. Konjungsi itu ada yang berupa penambahan, perlawanan, sebab akibat, dan pemilihan. (1) Penambahan (dan). 

Contoh:
Wahyu sangat senang berkawan dan dia mencintai kedamaian
Carilah lima kalimat lain, baik di dalam teks “Remaja dan Pendidikan Karakter” maupun dalam teks lain, yang di dalamnya terdapat pemakaian konjungsi penambahan!
  1. Manusia mewariskan nilai yang menjadi bagian penting dari budaya masyarakat dimana tempat mereka hidup dan mewariskan nilai kepada generasi selanjutnya.
  2. Dalam prosesnya berjuang melawan lupa dan berusaha membuat kenangan akan harta warisan kebudayaan merupakan awal kegiatan pendidikan. 
  3. Dalam pendidikan karakter itu mereka diajari juga nilai suka bekerja keras, kreatif, mandiri, dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi yang dapat menjadikan remaja sebagai orang yang berprestasi.
  4. Dalam prosesnya pendidikan karakter yang berorientasi pada moral dikesampingkan dan akibatnya banyak kegagalan nyata pada dimensi pembentukan karakter individu.
  5. Dengan begitu, remaja yang memiliki karakter kuat akan tumbuh sebagai remaja yang unggul dan dibanggakan karena sehat secara fisik, stabil dalam emosi, dan intelektualnya berkembang baik.

Sebab-akibat (sehingga)
Contoh:
Siswa kelas VII SMP itu sangat kompak dalam permainan sepak bola sehingga tim kelas itu menjadi juara 1 dalam pertandingan sepak bola sekolah. 

Carilah lima kalimat lain, baik di dalam teks “Remaja dan Pendidikan Karakter” maupun dalam teks lain, yang di dalamnya terdapat pemakaian konjungsi sebab akibat (sehingga)!
  1. Pada masa gejolak itu merupakan masa sulit sehingga remaja memerlukan pengendalian diri yang kuat ketika berada di sekolah.
  2. Persoalan pendidikan karakter di Indonesia sejauh ini menyangkut pendidikan moral dan dalam aplikasinya terlalu membentuk satu arah pembelajaran khusus sehingga melupakan mata pelajaran lainnya.
  3. Pendidikan karakter di sekolah dapat dimulai dengan memberikan contoh yang dapat dijadikan teladan bagi murid dengan diiringi pemberian pembelajaran seperti keagamaan dan kewarganegaraan sehingga dapat membentuk individu yang berjiwa sosial, berpikir kritis, memiliki dan mengembangkan cita-cita luhur, mencintai dan menghormati orang lain, serta adil dalam segala hal.
  4. Pendidikan karakter pun dapat dijadikan sebagai strategi untuk mengatasi pengalaman yang selalu berubah sehingga mampu membentuk identitas yang kokoh dari setiap individu.
  5. Sebaiknya putra ibu diajak mengunjungi anak yatim piatu, tempat penampungan anak-anak, sehingga dia dapat mengamati lingkungan, peka terhadap penderitaan orang lain,

Perlawanan (tetapi)
Contoh:
Dahulu Irwan dan Rudi sering bertemu saat di kelas IX SMP, tetapi setelah di SMA mereka jarang bertemu.

Carilah lima kalimat lain, baik di dalam teks “Remaja dan Pendidikan Karakter” maupun dalam teks lain, yang di dalamnya terdapat pemakaian konjungsi perlawanan (tetapi)!
  1. Seorang individu tidak cukup hanya diberi bekal pembelajaran dalam hal intelektual belaka tetapi juga harus diberi hal dalam segi moral dan spiritualnya.
  2. Bagaimana kalau tenyata siwa sudah diberi umpan dalam kegiatan tetapi kepribadian buruk siswa terebut masih nampak?
  3. Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan.
  4. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa.
  5. Kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognisinyan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).

Pemilihan (atau). 
Contoh:
Pilihan sangat sulit diambil Retno karena dia harus memilih sekolah di SMP dekat rumahnya atau sekolah unggulan yang berada jauh di tengah kota.

Carilah lima kalimat lain, baik di dalam teks “Remaja dan Pendidikan Karakter” maupun dalam teks lain, yang di dalamnya terdapat pemakaian konjungsi pemilihan (atau)!
  1. Tujuan utama dari pendidikan adalah untuk membentuk karakter karena karakter merupakan suatu evaluasi seorang pribadi atau individu serta karakter pun dapat memberi kesatuan atas kekuatan dalam mengambil sikap di setiap situasi.
  2. Di samping itu, mereka diajari juga nilai toleransi dan nilai cinta damai atau nilai-nilai kemanusiaan yang membentuk remaja mempunyai sifat pengasih, berbudi pekerti, dan cinta damai.
  3. Sama halnya bagi pembentukan karakter seorang anak, memang butuh waktu dan komitmen dari orangtua dan sekolah atau guru untuk mendidik anak menjadi pribadi yang berkarakter.
  4. Bagaimana strategi yang tepat membangun karakter siswa? Apakah siswa diberi pengertian tentang karakter yang baik atau apakah cukup diberi umpan kegiatan agar siswa terbiasa dan tanpa disadari oleh siswa sendiri?
  5. Kadangkala kita sering membantu mereka karena kasihan atau rasa sayang, tapi sebenarnya malah membuat mereka tidak mandiri.