Rabu, 29 April 2020

Menganalisis Politik Sultan Agung Menghadapi VOC

Sejauh tidak mengganggu prinsip ketunggalan keutuhan dan kebulatan kekuasaan Mataram, sebenarnya Sultan Agung tidak mempermasalahkan adanya VOC. Kalau prinsip tersebut tidak terganggu kehadiran VOC justru membawa untung bagi Mataram, karena VOC dapat dijadikan mitra dagang yang dapat memenuhi berbagai barang yang diperlukan Mataram, yang Mataram sendiri tidak memiliknya. Akan tetapi nampaknya VOC tidak ingin bekerjasama dengan Mataram untuk menaklukan Banten dan ternyata VOC menjalin hubungan dagang juga dengan Surabaya, maka dari itu Mataram merasa kehadiran VOC di Batavia sebagai ancaman terhadap pelaksanaan doktrin keagungbinataraan. Karena itu dalam pandangan politik Sultan Agung kehadiran VOC di Batavia dirasa bagaikan duri dalam daging atau musuh dalam selimut. Jadi VOC harus disingkirkan dari Batavia. Tersingkirnya VOC dari Batavia adalah suatu prinsip!
Sejauh tidak mengganggu prinsip ketunggalan keutuhan dan kebulatan kekuasaan Mataram Menganalisis Politik Sultan Agung Menghadapi VOC

Oleh sebab itu setelah prinsip itu menjadi keputusannya, maka dipersiapkan serangan besar-besaran ke Jakarta. Setelah semua siap serangan dilakukan pada tahun 1628. Namun serangan ini mengalami kegagalan. Meskipun demikian Sultan Agung belum berniat untuk menyerah begitu saja. Karena itu Sultan Agung menyiapkan serangan yang kedua secara rapi. Dan setelah semua siap serangan dilancarkan hanya setahun setelah serangan yang pertama. akan tetapi serangan yang kedua juga mengalami kegagalan. VOC nampaknya terlalu kuat untuk pasukan pernyerbu.

Meskipun serangan dua kali dilancarkan ke VOC mengalami kegagalan tetapi yang layak disimak adalah tekad untuk mengusir penjajah dan kemampuan Mataram mengirim ekspedisi penyerangan yang untuk kala itu jelas merupakan pekerjaan berat. Puluhan ribu personil, ratusan perahu dan sekian ton perbekalan dan perlengkapan dapat dimobilisasikan oleh Sultan Agung. Dan meskipun serangan pada tahun 1628 dan 1629 tidak berjalan sesuai keinginannya, akan tetapi tekad Sultan Agung untuk mengusir VOC dari Jakarta masih tetap berkobar! Serangan tersebut betapapun merupakan perwujudan dari kekuatan Mataram.

Mana bukti bahwa Sultan Agung tetap memiliki tekad untuk mengusir VOC?  Dapat kita lihat dalam upayanya menyusun rencana jangka panjan, yaitu berupa pemindahan penduduk Mataram ke daerah Krawang. Migrasi penduduk ke Krawang dimaksudkan untuk apa? 

Pertama dan utama adalah mempersiapkan logistik yang sesungguh-sungguhnya memadai bagi pasukan Mataram yang akan menyerang VOC. Pengalaman dalam penyerangan tahun 1628 dan 1629 yang gagal mengajarkan kepada Sultan Agung pentingnya persediaan gudang beras yang memadai untuk pasukan Mataram yang akan menakluka VOC pada masa yang akan datang. Daerah Krawang sangat cocok untuk keperluan itu!

Kedua, dengan migrasinya penduduk Mataram ke Krawang Mataram dapat mendirikan basis penyerangan yang tidak terlalu jauh, dan juga seandainya pasukan Mataram mundur mereka dapat menemukan tempat untuk mengundurkan diri yang dekat.

Dan Ketiga, kalau kita ingin menghubungkan dengan perkembangan sejarah terakhir, migrasi penduduk Mataram dapat membantu penyatuan daerah Jawa Barat secara lebih kuat kedalam kerajaan Mataram. Dengan istilah sekarang migrasi itu memperkuat proses intergrasi atau pembauran bangsa!


Persiapan Sultan Agung untuk mengusir VOC tidak berhenti sampai disitu. Ia pun berusaha menggalang kerjasam dengan kompeni Portugis, yang beragama Katolik, untuk bersama-sama mengalahkan Belanda.

Pada waktu itu Portugis berkuasa di Malaka. Mataram mengajak Portugis bekerjasama untuk melawan Belanda di Batavia dan kirannya kemudian akan diikuti dengan kerjasama lain yang saling menguntungkan, dapat kita artikan betapa luasnya wawasan politik Sultan Agung.

Penyusunan kekuatan dengan migrasi penduduk Mataram ke Krawang dan upaya mewujudkan kerjasama Mataram-Portugis memang belum membuahkan hasil. Migrasi penduduk Mataram tentu bukan pekerjaan yang mudah, pekerjaan itu memerlukan waktu yang lama. Sampai Sultan Agung mangkat pada tahun 1645 pekerjaan itu belum selesai. Di lain pihak, kesepakatan dengan Portugis untuk mengusir VOC belum terwujud. Akan tetapi pihak VOC yang waktu itu dipimpin oleh Gubernur Jenderal van Diemen keburu mendahului merebut Malaka dari tangan Portugis dan mengusir orang Eropa yang menjadi saingan mereka di kota iru pada tahun 1641.

Meskipun Sultan Agung gagal mengusir orang-orang Belanda dari Batavia (Jakarta), akan tetapi Sultan Agung tetap berpegang teguh pada prinsip kehadiran mereka di Jawa tidak boleh merugikan Mataram. Karena ia menerima kenyataan bahwa VOC memang tidak bisa diusir dari Jakarta. Salah satu pertanyaan yang tertulis di dalam Babad Tanah Jawi mengiyakan penyataan tersebut. Pada waktu ia menunjukkan kegelisahan hatinya karena kegagalannya mengusir VOC. Pangeran Purbaya berkata kira-kira “biarlah orang belanda di Jakarta, mereka toh hanya berdagang, jadi Mataram tidak perlu rugi karenannya”. Dan memang selama Sultan Agung memerintahkan pernyataan Purbaya itu betul!

Demikian ulasan  tentang “Menganalisis Politik Sultan Agung Menghadapi VOC” yang bisa sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga bermanfaat dan jangan lupa untuk membaca artikel lainnya.