Rabu, 15 April 2020

Sejarah Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Jalur Perdagangan

Kabid Dikdas
Pusat -pusat Integrasi Nusantara berlangsung melalui penguasaan laut. Pusat-pusat integrasi tersebut selanjutnya ditentukan oleh keahlian & kepedulian terhadap laut, sehingga terjadi  perkembangan yang baru, setidaknya dalam dua hal, yakni pertumbuhan jalur perdagangan yang melewati lokasi - lokasi strategis di pinggir pantai,  kemampuan mengendalikan (kontrol) politik & militer para penguasa tradisional ( raja - raja ) dalam menguasai jalurutama & pusat - pusat perdagangan di Nusantara. Jadi karena hal itu, prasyarat untuk dapat menguasai jalur & pusat perdagangan ditentukan oleh dua hal penting yaitu perhatian / cara pandang & kemampuan menguasai lautan.
pusat Integrasi Nusantara berlangsung melalui penguasaan laut Sejarah Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Jalur Perdagangan

Jalur -jalur perdagangan yang berkembang di Nusantara ditentukan oleh kepentingan ekonomi pada saat itu & perkembangan rute perdagangan dalam setiap masa yang berbeda - beda. Pada masa praaksara hegemoni budaya dominan datang dari pendukung budaya Austronesia dari Asia Tenggara Daratan.

Pada masa perkembangan Hindhu - Buddha di Nusantara terdapat 2 kekuatan peradaban besar, yaitu Cina di utara & India di bagian Barat Daya. Keduanya merupakan 2 kekuatan super power pada masa-nya & pengaruhnya amat besar terhadap penduduk di Kepulauan Indonesia. Bagaimanapun juga, peralihan rute perdagangan dunia ini telah membawa berkah tersendiri bagi masyarakat & suku Bangsa di Nusantara. Mereka secara langsung terintegrasikan ke dalam jalinan perdagangan dunia pada masa itu. Selat Malaka menjadi sangat penting sebagai pintu gerbang yang menghubungkan antara pedagang - pedagang Cina maupun pedagang - pedagang India. Pada masa itu Selat Malaka merupakan jalur penting dalam pelayaran & perdagangan bagi pedagang yang melintasi bandar - bandar penting di sekitar Samudra Indonesia & Teluk Persia. Selat itu merupakan jalan laut yang menghubungkan Arab & India di sebelah barat laut Nusantara, & dengan Cina di sebelah timur laut Nusantara. Jalur ini adalah pintu gerbang pelayaran yang dikenal dengan nama “jalur sutra”. Penamaan ini digunakan sejak abad ke-1 sampai  dengan ke-16 M, dengan komoditas kain sutera yang di bawa dari Cina untuk diperdagangkan di wilayah lain. Ramai-nya rute pelayaran ini mendorong timbulnya bandar - bandar penting di sekitar jalur, antara lain Samudra Pasai, Malaka, & Kota Cina ( Sumatra Utara sekarang ).

Kehidupan penduduk disepanjang Selat Malaka menjadi lebih sejahtera oleh proses integrasi perdagangan dunia yang melalui jalur laut itu. Mereka menjadi lebih terbuka secara sosial ekonomi untuk menjalin hubungan niaga dengan pedagang-pedagang asing yang melewati jalur itu. Di samping itu, masyarakat setempat juga semakin terbuka oleh pengaruh - pengaruh budaya luar. Kebudayaan India & Cina ketika itu jelas sangat berpengaruh terhadap masyarakat di sekitar Selat Malaka. Bahkan saat ini, pengaruh budaya terutama India masih dapat kita jumpai pada masyarakat sekitar Selat Malaka sampai sekarang.

Disamping kian terbukanya jalur niaga Selat Malaka dengan perdagangan dunia internasional, jaringan perdagangan antar-bangsa & penduduk di Kepulauan Indonesia juga berkembang pesat selama masa Hindhu -Buddha. Jaringan dagang & jaringan budaya antar-kepulauan di Indonesia itu terutama terhubungkan oleh jaringan laut Jawa sampai dengan kepulauan Maluku. Mereka pun secara tidak langsung juga terintegrasikan dengan jaringan ekonomi dunia yang berpusat di sekitar selat Malaka & sebagian di pantai barat Sumatra seperti Barus. Komoditas penting yang menjadi barang perdagangan pada saat itu adalah rempah -rempah, seperti kayu manis, cengkih & pala.

Pertumbuhan jaringan dagang internasional & antar-pulau telah melahirkan kekuatan politik baru di Nusantara. Peta politik di Jawa & Sumatra abad ke-7, seperti ditunjukkan oleh D.G.E. Hall, ber-sumber dari catatan pengunjung Cina yang datang ke Sumatra. Dua negara di Sumatra disebutkan, Mo-lo-yeu ( Melayu ) di pantai timur, tepat-nya di Jambi sekarang di muara Sungai Batanghari, agak ke selatan dari itu terdapat Che-li-fo-che, & pengucapan cara Cina untuk kata bahasa Sanskerta, Criwijaya. Di Jawa terdapat tiga kerajaan utama, yaitu di ujung barat Jawa, terdapat Tarumanegara, dengan Raja-nya yang terkemuka Purnawarman, di Jawa bagian tengah ada Ho-ling ( Kalingga ), & di Jawa bagian timur ada Singhasari & Majapahit.

Selama periode Hindhu -Buddha, kekuatan besar Nusantara memiliki kekuatan integrasi secara politik, sejauh ini dihubungkan dengan kebesaran Kerajaan Sriwijaya, Singhasari, & Majapahit. Kekuatan integrasi secara politik di sini maksud-nya adalah kemampuan kerajaan -kerajaan tradisional tersebut dalam menguasai wilayah -wilayah yang luas di Nusantara di bawah kontrol politik secara longgar & menempatkan wilayah kekuasaannya sebagai kesatuan -kesatuan politik di bawah pengawasan dari kerajaan -kerajaan tersebut. Dengan demikian pengintegrasian antar-pulau secara lambat laun mulai ter-bentuk. Kerajaan utama yang disebutkan di atas berkembang dalam periode yang berbeda –beda, & kekuasaan mereka mampu mengontrol sejumlah wilayah Nusantara melalui berbagai bentuk media. Selain dengan kekuatan dagang, politik, & juga kekuatan budayanya, termasuk bahasa. Ternyata Interelasi antara aspek -aspek kekuatan tersebut yang membuat mereka berhasil mengintegrasikan Nusantara dalam pelukan kekuasaannya. Kerajaan -kerajaan tersebut berkembang menjadi kerajaan besar yang menjadi representasi pusat -pusat kekuasaan yang kuat &  mampu mengontrol kerajaan -kerajaan yang lebih kecil di Nusantara.

Hubungan pusat & daerah hanya dapat berlangsung dalam bentuk hubungan hak & kewajiban yang saling menguntungkan ( mutual benefit ). Keuntungan tersebut, diperoleh dari pusat kekuasaan antara-lain, berupa pengakuan simbolik seperti kesetiaan & pembayaran upeti berupa barang - barang yang digunakan untuk kepentingan kerajaan serta barang - barang yang dapat diperdagangkan dalam jaringan perdagangan Internasional. Sedangkan kerajaan -kerajaan kecil mendapatkan perlindungan & rasa aman, sekaligus kebanggaan atas hubungan tersebut. Jika pusat kekuasaan sudah tidak memiliki kemampuan dalam mengontrol & melindungi daerah bawahannya, maka sering terjadi pembangkangan & sejak itu kerajaan besar terancam disintegrasi. Kerajaan -kerajaan kecil itu lalu melepaskan diri dari ikatan politik dengan kerajaan -kerajaan besar lama & memilih beralih loyalitasnya dengan kerajaan lain yang memiliki kemampuan mengontrol & lebih bisa melindungi kepentingan mereka. Sejarah Indonesia masa Hindu -Buddha di tandai oleh proses integrasi & disintegrasi semacam itu. Namun secara keseluruhan proses integrasi yang lambat laun itu kian mantap & kuat, sehingga kian mengukuhkan Nusantara sebagai negeri kepulauan yang dipersatukan oleh kekuatan politik & perdagangan.

_________________________________________________________
Simpan Sebagai File (.Doc) dapat dibuka dengan M.S. Word
_________________________________________________________
ᗙThanks Sudah Berkunjung Di Tempat Ini❤❤❤❤❤❤
ᗚJangan Lupa Share Jika Anda Berkenan❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤